Aku type orang yang tidak berkelahi dan memilih menyelesaikan permasalahan dengan verbalisasi. Ketika sebuah masalah bisa ditampilkan secara verbal, kenapa mengerucutkannya menjadi sebuah adu fisik? Itu adalah proses cerna otakku terhadap masalah.
Aku melihat bahwa sebuah adu fisik tidak memberikan input apapun, beda dengan diskusi yang dimungkinkan ada problem solving disitu.
Tapi kembali lagi, tidak semua orang mempunyai proses cerna yang sama, dan itu tidak salah....
Kejadian ini terjadi tepatnya seminggu yang lalu.
Masih lekat di ingatan lebih karena ini pertama kalinya aku ditonjok, itupun oleh teman sendiri yang entah kenapa tidak meninggalkan jejak ketersinggungan.
A friend that I always considered wouldn't do such physical act....
Jika ditelisik lebih jauh, memang kesalahan akan berputar di pihakku. Aku pun membenarkan dengan melihat bahwa emosi dan logika berpikirku sedang tidak stabil dan bergeser secara normatif pada saat itu.
Pergeseran yang kemudian melahirkan pertentangan fisik...
Aku yakin sebenarnya tidak cuma satu atau dua orang yang tidak menyukai sikapku saat itu, tapi toh aku tidak pernah mencoba untuk peduli atas opini orang lain.
Aku merasa mempunyai hak untuk menjadi diri sendiri dengan bentuk yang aku sepakati sendiri.
The privilege of a lifetime is being who you are rite?
Jika kemudian aku menuliskan ini adalah karena aku suka melakukan rekam jejak yang berujung pada kontemplasi.
Kontemplasi sederhana mengenai teman yang telah menguasakan tangannya sendiri untuk memukul kepalaku.
Thanks for punched me in the head friend....
Jangan khawatir, memaksakan kedekatan fisik antara kepalan tanganmu dan kepalaku tidak akan merubah kekagumanku soal isi kepalamu
Isi kepala yang sempat membuatku merasa kecil dan tidak berani bersaing atas dasar logika dan pengalaman...
Isi kepala yang sudah disepakati bersama bahwa itu menjadikanmu berkualitas...
Isi kepala yang semakin sering memunculkan lelucon mesum tingkat lanjut...
Sunday, April 24, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)