Ini kejadian mungkin sudah aga lama, tapi jejaknya aku temui jum'at kemaren....sebuah gawang item, gosong, bekas pembakaran masal teronggok di belakang gedung factory. Ga sengaja banget karena aku lagi check untuk HSE matter.......
Sambil inspect, tiba2 ingat ma kejadian di awal Agustus 2008 dimana sekumpulan manusia dengan jumlah kurang dari 50 orang, bersungut-sungut datang dan menuntut hak sebagai warga daerah sekitar pabrik. Mereka ingin dapat bekerja atau paling tidak mendapat hak untuk bekerja tanpa melalui tes apapun.
Memang katanya ada aturan yang mengatakan bahwa dalam pendirian suatu perusahaan agar hendaknya turut memberdayakan warga sekitar. Tetapi jujur aku kurang paham area aturan seperti itu. Secara pribadi, sah-sah saja jika suatu perusahaan memprioritaskan warga sekitar dalam lingkup corporate social responsibility. Tapi jelas didahului dengan seleksi dan verifikasi. Nah permasalahan akan muncul jika preambule seperti itu dianggap tidak penting dan dituntut untuk hanya bersifat formalitas. Aturan dan kebijakan recruitment & selection dianggap sebagai alasan diplomatis untuk mencurangi warga.
Susah jika berdebat dengan provokator dengan gelar SH (entah dari kampus mana, yang aku tebak dari STIE atau STIMIK....ouch!!). Jika sudah berbicara tidak memiliki sistematika dan aturan baku. Yang mungkin bisa dibanggakan adalah dia berani bersuara keras dalam arti yang harfiah ..yes..a man with guts is really a man (mungkin cuma itu di otaknya).
Tapi pada demo waktu itu aku cuma penonton, karena aku bukan lagi direct recruitment. Jadi tidak mempunyai akses langsung dengan tuntutan warga. Bahkan namaku pun tidak lagi disuarakan dan dituntut untuk segera dipecat dari perusahaan. Tapi untuk sebuah tontonan, maka mereka patut diberikan anarchy award karena telah bersusah payah untuk memblokade akses masuk dan keluar pabrik sehingga lebih dari 1000 karyawan harus rela kelaparan tidak dapat istirahat makan siang. Ditambah lagi squad sepak bola perusahaan harus rela tidak lagi memiliki atau paling tidak sekarang memiliki gawang yang dengan jejak pembakaran masal.
Entah sampai kapan tuntutan warga akan terus masuk ke agenda rapat manajemen. Tetapi paling tidak suara mereka sudah sampai ke wakil rakyat Tangerang. Dan pertemuan pun sudah diadakan dan menghasilkan keputusan yang memihak "rakyat" yaitu prioritaskan warga untuk bekerja….agak kesel sih...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment