Saturday, May 14, 2011

Dokter dan Obat

Aku sedang bersahabat dengan obat.
Bukan, bukan narkoba atau sejenisnya, tapi obat yang dimaksudkan untuk menyembuhkan...

Dengan obat aku merasa memiliki kedekatan yang stabil. Aku mempunyai jadwal yang sudah terkotak di kebiasaan seorang pesakit..

Dengan obat aku merasa memiliki kewajiban intimidatif untuk sembuh


Aku sedang dekat dengan dokter.
Bukan, bukan karena aku sakit atau butuh sebuah rekomendasi penyembuhan darinya. Tapi aku dekat tanpa embel-embel kompetensi medis...

Dengan dokter aku memiliki kedekatan dengan sisi yang berbeda

Dia ada tapi tidak terjadwal karena jelas dia lebih banyak untuk pasiennya.

Dengan dokter aku merasa sedikit terintimidasi untuk melakukan kunjungan meskipun dalam porsi suara.

Dengan dokter aku merasa menjadi lebih muda dalam porsi yang manja

Dengan dokter aku menyukai banyak interupsi kecil di dalam banyak kepenatan kerja

Dengan dokter aku berani menulis sebuah jejak kehilangan atas sosok dan suara

Dokter dan obat, dua hal yang secara frekuentif banyak berputar di kepalaku akhir akhir ini...

Sunday, April 24, 2011

Me Got Punched!

Aku type orang yang tidak berkelahi dan memilih menyelesaikan permasalahan dengan verbalisasi. Ketika sebuah masalah bisa ditampilkan secara verbal, kenapa mengerucutkannya menjadi sebuah adu fisik? Itu adalah proses cerna otakku terhadap masalah.

Aku melihat bahwa sebuah adu fisik tidak memberikan input apapun, beda dengan diskusi yang dimungkinkan ada problem solving disitu.

Tapi kembali lagi, tidak semua orang mempunyai proses cerna yang sama, dan itu tidak salah....

Kejadian ini terjadi tepatnya seminggu yang lalu.
Masih lekat di ingatan lebih karena ini pertama kalinya aku ditonjok, itupun oleh teman sendiri yang entah kenapa tidak meninggalkan jejak ketersinggungan.


A friend that I always considered wouldn't do such physical act....


Jika ditelisik lebih jauh, memang kesalahan akan berputar di pihakku. Aku pun membenarkan dengan melihat bahwa emosi dan logika berpikirku sedang tidak stabil dan bergeser secara normatif pada saat itu.

Pergeseran yang kemudian melahirkan pertentangan fisik...

Aku yakin sebenarnya tidak cuma satu atau dua orang yang tidak menyukai sikapku saat itu, tapi toh aku tidak pernah mencoba untuk peduli atas opini orang lain.
Aku merasa mempunyai hak untuk menjadi diri sendiri dengan bentuk yang aku sepakati sendiri.

The privilege of a lifetime is being who you are rite?

Jika kemudian aku menuliskan ini adalah karena aku suka melakukan rekam jejak yang berujung pada kontemplasi.

Kontemplasi sederhana mengenai teman yang telah menguasakan tangannya sendiri untuk memukul kepalaku.

Thanks for punched me in the head friend....

Jangan khawatir, memaksakan kedekatan fisik antara kepalan tanganmu dan kepalaku tidak akan merubah kekagumanku soal isi kepalamu

Isi kepala yang sempat membuatku merasa kecil dan tidak berani bersaing atas dasar logika dan pengalaman...
Isi kepala yang sudah disepakati bersama bahwa itu menjadikanmu berkualitas...
Isi kepala yang semakin sering memunculkan lelucon mesum tingkat lanjut...

Sunday, January 23, 2011

Empty Feeling............

Aku menulis ini hanya karena ada kegelisahan yang harus aku deskripsikan...

Sebenernya aku masih berusaha menjelaskan apakah ini bentuk kekosongan hati yang berakibat pada kegelisahan atau apa......

Pada beberapa kondisi, dimana aku berada di di tengah hiruk pikuk pertemanan, entah kenapa aku merasa bosan, dan ingin menghilang

Pada akhirnya aku banyak memilih untuk beraktivitas sendirian, namun yang terjadi aku menjadi gamang tanpa panduan.

Pekerjaan memang membuatku lupa.....
Dengan kesibukan 15 jam sehari untuk bekerja, aku dibebaskan untuk tidak berpikir mengenai kegelisahan.....

Tetapi yah....itu hanya lupa!

Mungkin aku lari dengan kesibukan. Aku menghindari kontemplasi karena sebenernya jawaban sudah aku sadari tapi aku mengacuhkan

Orang sekitar bilang aku menjadi semakin pemarah, gampang tersinggung.
Aku bilang iya.....dan kesadaranku bilang itu hanya untuk mensubtitusi kegelisahan ke dalam bentuk yang negatif.

Tapi selain itu, aku ingin dianggap ada....aku ingin hadir dalam benak setiap orang meskipun dalam kesan yang negatif

Aku ingin menjadi hitam diantara yang putih...

Aku juga menjadi sering menertawakan masalah, atau menjadi terlalu sedih untuk sebuah pujian.

Aku merasa kosong dan rasa itu mengendap dengan perlahan untuk menjadi besar.

Aku jarang sholat,
Aku memang mengakui sholat sebagai tiang agama.....tapi benarkan agama bisa menaungi perilakuku saat ini?

Aku memang rindu pada Tuhan, dan menjadi semakin gelisah ketika aku berjalan menjauh dari-Nya

Wednesday, January 5, 2011

Maafkan......

Maafkan aku karena tidak bisa menjadi sempurna......

Aku berlagak sombong karena ingin tampak layak di depanmu
Aku berlagak memberi karena ingin tampak pantas di depanmu
Aku berlagak bijak karena ingin memberi kesan di depanmu
Aku berlagak pahlawan karena ingin tampak dapat diandalkan

Aku memang mendapatkan pujian darimu, tapi itu malah membuka kesadaran betapa tidak sempurnanya aku.

Mungkin kamu sudah lelah dengan statement ketidaksempurnaan yang aku dengungkan berulang-ulang. Aku paham kelelahanmu dan akupun berusaha tidak membahas itu. Namun atas nama ego aku menjadi ingat dan kembali berkutat soal itu. Aku takut kehilangan kamu.


Jika kemudian aku melihat dirimu,

Aku kagum pada isi kepalamu
Aku kagum pada caramu meletakkan logika diatas perasaanmu
Aku kagum pada ketegasan di dalam suaramu
Aku kagum pada caramu memperlakukanku

Semua menunjukkan betapa sempurnanya dirimu dan tidak ada keraguan tentang itu.

Maafkan aku karena menyayangimu dalam ketidaksempurnaan....

Sunday, December 19, 2010

Silly thought....

Aku anak terakhir dan kamu anak pertama......

Apakah itu lawan tanding yang sesuai dalam suatu hubungan?

Aku bungsu yang tidak pernah mau kalah, dan kamu sulung yang suka mengatur.....

Apakah kita akan bisa akur?

Aku dengan background pendidikan sosialku dan kamu dengan background pendidikan ilmu pastimu......

Apakah kita bergerak dalam runtutan konsep berpikir yang bisa saling memahami?

Aku yang tidak menyukai ritual romantis dan kamu yang selalu berbinar dengan romantisme......

Apakah kita bisa saling menikmati hubungan dalam koridor yang setara?

You are so distracting and I am so over reacting......

Can we make it?

Semalam pertanyaan itu tiba-tiba melintas.....
Semalam setelah sedikit obrolan yang terjadi diantara kita melalui dunia maya.....

Aku punya alasan untuk bertanya, tapi relevansi kebenaran dari pertanyaan itu aku belum menemukannya......

Tapi yang jelas aku sudah menjawab....dan aku puas....

Monday, December 6, 2010

Ingatan

Aku ingat...
Pertemuan yang jumlahnya tidak lebih banyak dari satu jari tangan membuatku bertahan pada kenangan tentangmu.

Aku ingat......
Di pertemuan terakhir di waktu yang lalu, moment ketika aku terus memandangmu dan kamu menjadi terganggu.

Jika aku mengingat perasaanku saat itu, iya...jantungku berdegup. Tidak kencang namun cukup untuk membuatku gelisah dan tidak tenang.

Kamu mendebat untuk membuatku mengalihkan pandangan, tapi maafkan ketika kemudian aku mendebat balik alasanmu.

Aku tahu mungkin kamu malu atau canggung dengan pandanganku dan pandangan banyak orang disekitarmu atas mataku.

Maafkan...

Aku hanya ingin dibiarkan menikmati aktual adanya kamu di depanku
Aku hanya ingin memanjakan mataku, hatiku dan pikiranku pada satu, yaitu kamu.

Aku pernah bilang mengenai mudahnya mengenali orang yang jatuh cinta hanya dengan menatap matanya.

Saat itu, mataku menunjukkan gelagat yang sama atas hatiku, namun rasa canggung mungkin telah menutup inderamu. Tapi apakah itu canggung atau ragu? Aku tidak tahu

Jika kemudian derajat hatimu bisa aku ukur, 3 dari 10 mungkin adalah gambaran jelas hatimu mengenai aku. Angka yang kecil namun memberi harapan.

Beberapa waktu sudah berlalu dan aku belum bertemu denganmu.
Hal yang membuatku ingat adalah aku masih bertahan pada kenangan dan harapan tentangmu.

Pada Tuhan aku mulai mencurahkan harapan dan kenangan itu.
Dan semoga Dia berpihak padaku......

Dan jika pun pada akhirnya aku menuai tidak darimu, percayalah bahwa ingatan tentangmu akan menjadi bagian dari hatiku selalu.

Sunday, November 14, 2010

Hati.....

Hampir sebulan sudah berlalu sejak pertemuan ketiga aku dengannya.....
Sampai detik ini, sensasi di hatiku masih terasa sangat kuat.
Jika mau di flash back.....my God! I have only met in 3 moments......each occured in a very short time

First moment, it's like every other moment which you couldn't predict and flew without any love expectation.

Diawali dengan layaknya penjual dan pembeli, aku menjual hati dan dia membeli tapi untuk dijual kembali ke aku.......lingkaran drama mengenai hati.

Rasanya menyenangkan dan bahkan membuat ketagihan. Tersenyum dan tertawa sendiri hanya karena satu kalimat di handphone. Tersenyum dan tertawa hanya dengan berpikir bahwa drama ini akan berhasil. Bukan berhasil mengelabui, tapi berhasil membuka pintu hatiku sendiri pada kemungkinan jatuh cinta.

Aku tidak tahu dengan hatinya. Tapi jika berkaitan dengan hatiku, maka satu hal, hatiku sudah lama aku tutup. Aku tidak ingin berbelit-belit berurusan dengan hati lagi. Menyenangkan tapi tidak menyukai kerepotan yang ditimbulkannya

Drama yang aku awali dengannya adalah babak awal yang sudah membuat hatiku hangat. Dan entah kenapa, aku tidak mau membuang kehangatan itu, aku mau ini berlanjut. Aku mulai berkompromi dengan logika dan ketakutanku.

Hampir sebulan yang lalu akhirnya dua pemain utama bertemu. Obrolan pertama membuatku canggung harus bersikap. Aku menjual hati dengan bertatap muka dan beradu mata. Bibir aku paksakan tersenyum dan tertawa untuk menyembunyikan kegundahan....

Terus terang aku menyukai sensasi yang timbul di hatiku. Jika pun kemudian dia berhenti membeli hatiku dan menolakku, aku tidak apa-apa. Aku bahkan menyukai ide bahwa rasa sayang dua orang manusia tidak harus dalam derajat yang sama. Jikapun pada akhirnya aku yang lebih menyayanginya, jikapun pada akhirnya tanganku hanya menepuk angin.......itu cukup.

Kembali ke Kalimantan, satu perubahan yang orang-orang sekitarku dan yang mungkin dia rasakan adalah aku mulai menyukai bersikap berlebihan. Tapi aku pikir itu hak veto manusia terkait dengan hati. Aku tidak meminta siapapun untuk mengerti. Maafkan....tapi bagi kalian yang hatinya belum terisi, kalian tidak akan mengerti situasi hatiku.

Hampir sebulan sudah berlalu sejak pertemuan ketiga aku dengannya. Aku sendiri merasakan sulitnya menjaga konsistensi perasaan. Jauhnya jarak dan kesibukan pada pekerjaan membuat komunikasi terkadang kering dan hanya menyisakan perdebatan tanpa klimaks.

Pada Tuhan aku belum berani bersuara mengenai hatiku. Aku tidak buta akan pilihan dan konsekuensi yang aku ambil. Dan Tuhan Maha Melihat semua itu.

Hampir sebulan sudah berlalu sejak pertemuan ketiga aku dengannya. Sampai detik ini aku masih bertahan dan percaya bahwa hatiku benar adanya.